Pages

Labels

Selasa, 06 Januari 2015

Saat Si Kecil Memberi Banyak Kejutan

Usia 2 tahun bagi saya adalah usia yang paling “menantang” dalam mengasuh seorang anak balita, usia dimana anak tak lagi hanya diam menurut semua hal yang kita lakukan padanya, usia dimana dia mulai belajar bereksplorasi, bisa bongkar tak terima pasang, apa-apa mau sendiri, daya rekamnya mulai tajam, meski hal itu sudah wajar terjadi di usia 2 tahun, beda rasanya ketika kita melihat itu terjadi pada buah hati kita, rasanya mendapat surprise setiap saat.  Reza Fahrezi Hidayatullah, di usianya yang hampri 2 tahun ia kerap memberi kami(red-orang tua) dan seisi rumah kejutan. Maka senang rasanya bisa menjadi partner tumbuh kembangnya, dan karena rasa bahagia itulah, saya sebagai bundanya tak pernah merasa menyesal meninggalkan pekerjaan yang sudah saya jalani selama 5 tahun karena saya yakin, usia emas seorang anak akan lebih maksimal dengan pendampingan seorang ibu.
Saya yang dulunya seorang guru, sedikit banyak mendapat ilmu bagaimana mendidik anak, maka saya tak pernah memasang target pada Reza. Kekhawatiran akan tumbuh kembangnya pun kerap muncul, ketika teman seusianya sudah bisa ini itu dan ia belum bisa, namun saya selalu membesarkan hatinya bahwa anak memiliki masanya sendiri, saya pun selalu menanamkan hal positif dalam benak saya bahwa Reza bisa, dia bisa pada masanya sendiri. Alhamdulillah dengan pikiran positif itu, Reza tak pernah ketinggalan tumbuh kembangnya, semua kata-kata orang pun hanya saya anggap bumbu motivasi untuk lebih baik dalam mengasuh Reza, hingga saya ambil kesimpulan bahwa psikologis seorang ibu sangat berperan pada psikologis anaknya hingga akhirnya berpengaruh pula pada tumbuh kembangnya.
Selain pikiran positif, sebagai orang tua khususnya seorang ibu, keteladanan menjadi sangat penting karena di usia ini anak langsung meniru apa yang dilihat dan di dengarnya, maka betapa orang dewasa disekitar anak ini harus sangat berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Kebiasaan baik akan menghasilkan hal baik pula pada anak kita, saya tak menyangka di usia yang belum genap dua tahun ini Reza sudah bisa menirukan doa, itu karena setiap memulai apapun kami mengawalinya dengan berdoa, tak hanya itu, Reza sudah bisa membedakan tangan kanan dan kiri, hafal anggota tubuh, tahu adzan saatnya sholat, bisa memegang pensil dengan benar dan menarikannya menjadi benang-benang kusut, Reza pun sudah lulus toilet training sejak usia 1,5 tahun, dan baru-baru ini yang paling mengesankan, saat bundanya membaca Al Qur’an dia bergegas mengambil Al Qur’an kecil, seolah membacanya dan setelah itu menutup Al Qur,an dan menciumnya, persis dengan apa yang bundanya lakukan. Bagi saya ini kebahagiaan yang luar biasa, dan justru dengan hal posotif yang Reza tunjukkan, saya pun malah termotivasi untuk lebih baik menjadi seorang ibu, yang tak hanya “jarkoni” namun memberikan keteladanan yang nyata.
Sungguh tak ada niat untuk ujub disini, saya hanya berbagi kebahagiaan yang saya alami, karena kebaikan ketika disebarkan akan menelurkan kebaikan – kebaikan yang lain, saya bukan ibu yang sempurna, sebagai ibu saya pun kerap merasa lelah dan ada perasaan “gemas” karena polahnya yang membuat seisi rumah bak kapal pecah, namun justru kebaikan-kebaikan yang muncul pada diri Reza membuat saya belajar untuk tak lagi mengeluh, saya menulis ini juga karena banyak belajar dari supermom-supermom yang lain yang luar biasa dalam mendidik putra putrinya menjadi qurota’yun dalam keluarga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Total Tayangan Halaman

Blogger news


Yahoo Messenger

About